Pages

welcome


widgeo.net

Sabtu, 14 Maret 2015

Manajemen Kinerja Pelatihan dan Penghargaan

Pengertian Pelatihan
Hasibuan (2010 : 69) mengatakan bahwa Pelatihan adalah suatu usaha
meningkatkan kemampuan teknis, teoritis, konseptual dan moral karyawan sesuai dengan kebutuhan pekerjaan atau jabatan melalui pendidikan dan latihan.

Bella (dalam Hasibuan 2010 : 70) mengatakan bahwa pendidikan dan
latihan sama dengan pengembangan yaitu merupakan proses meningkatkan
keterampilan kerja baik teknis maupun manajerial.

Manfaat Pelatihan
Simamora (2007 : 7) mengatakan bahwa Manfaat pelatihan :

a.Meningkatkan kuantitas dan kualitas produktivitas.
b.Mengurangi waktu belajar yang diperlukan karyawan agar mencapai standar - standar kinerja yang dapat diterima.
c.Menciptakan sikap, loyalitas dan kerja sama yang lebih menguntungkan.
d.Memenuhi kebutuhan-kebutuhan dan kerja sama yang lebih menguntungkan.
e.Memenuhi kebutuhan-kebutuhan perencanaan sumber daya manusia.
f.Membantu karyawan dalam peningkatan dan pengembangan pribadi
mereka.

Tujuan Pelatihan
Menurut Hasibuan (2010 : 70) mengemukakan bahwa Tujuan pelatihan hakikatnya menyangkut hal-hal berikut :

a.Produktivitas Kerja
Dengan pengembangan, produktivitas kerja karyawan akan meningkat, kualitas dan kuantitas produksi semakin baik, karena technical skill,
human skill dan managerial skillkaryawan semakin baik.

b.Efisiensi
Pengembangan karyawan bertujuan untuk meningkatkan efisiensi
tenaga, waktu, bahan baku dan mengurangi ausnya mesin-mesin.
Pemborosan berkurang, biaya produksi relatif kecil sehingga daya
saing perusahaan semakin besar.
c.Kerusakan
Pengembangan karyawan bertujuan untuk mengurangi kerusakan barang, produksi, dan mesin-mesin karena karyawan semakin ahli dan terampil dalam melaksanakan pekerjaannya.

d.Kecelakaan
Pengembangan bertujuan untuk mengurangi tingkat kecelakaan karyawan, sehingga jumlah biaya pengobatan yang dikeluarkan perusahaan berkurang.




e.Pelayanan
Pengembangan bertujuan untuk meningkatkan pelayanan yang lebih baik dari karyawan kepada nasabah perusahaan, karena pemberian pelayanan yang baik merupakan daya penarik yang sangat penting bagi rekanan-rekanan perusahaan bersangkutan.

f.Moral
Dengan pengembangan, moral karyawan akan lebih baik karena keahlian dan keterampilannya sesuai dengan pekerjaannya sehingga mereka antusias untuk menyelesaikan pekerjaannya dengan baik.

g.Karier
Dengan pengembangan, kesempatan untuk meningkatkan karier karyawan semakin besar, karena keahlian, keterampilan, dan prestasi kerjanya lebih baik. Promosi ilmiah biasanya didasarkan kepada keahlian dan prestasi kerja karyawan.

h.Konseptual
Dengan pengembangan, manajer semakin cakap dan cepat dalam mengambil keputusan yang lebih baik, karena technical skill, human skill dan managerial skill-nya lebih baik.

i.Kepemimpinan
Dengan pengembangan, kepemimpinan seorang manajer akan lebih baik, human relation-nya lebih luwes, motivasinya lebih terarah sehingga pembinaan kerja sama vertikal dan horizontal semakin harmonis.

j.Balas Jasa
Dengan pengembangan, balas jasa (gaji, upah, insentif dan benefits) karyawan akan meningkat karena prestasi kerja mereka semakin besar.

k.Konsumen
Pengembangan karyawan akan memberikan manfaat yang baik bagi
masyarakat konsumen karena mereka akan memperoleh barang atau
pelayanan yang lebih bermutu.

Indikator Efektivitas Pelatihan Kerja
Metode pelatihan yang diterapkan perlu diukur apakah baik atau tidak. Metode bisa dikatakan baik apabila mencapai sasaran sesuai dengan yang
diinginkan, yaitu dapat meningkatkan kualitas karyawan dalam mengerjakan
pekerjaannya.

Menurut Hasibuan (2010 : 83)
mengemukakan bahwa terdapat beberapa
indikator yang dapat diukur dari metode-metode yang digunakan antara lain:

1.Prestasi kerja karyawan
Apabila prestasi kerja atau produktivitas kerja karyawan setelah mengikuti perkembangan, baik kualitas maupun kuantitas kerjannya meningkat maka
berarti metode pengembangan yang diterapkan cukup baik. Tetapi jika
prestasi kerjanya tetap, berarti metode pengembangan yang dilakukan
kurang baik. Jadi perlu diadakan perbaikan.

2.Kedisiplinan karyawan
Jika kedisiplinan karyawan setelah mengikuti pengembangan semakin baik
berarti metode pengembangan yang dilakukan baik, tetapi apabila kedisiplinan tidak meningkat berarti metode pengembangan yang diterapkan kurang baik.

3.Absensi karyawan
Kalau absensi karyawan setelah mengikuti pengembangan menurun maka
metode pengembangan itu cukup baik. Sebaliknya jika absensi karyawan
tetap, berarti metode pengembangan yang diterapkan kurang baik.

4.Tingkat kerusakan produksi, alat dan mesin-mesin
Kalau tingkat kerusakan produksi, alat dan mesin-mesin setelah karyawan
mengikuti pengembangan berkurang maka metode itu cukup baik, sebaliknya jika tetap berarti metode pengembangan itu kurang baik.

5.Tingkat kecelakaan karyawan
Tingkat kecelakaan karyawan harus berkurang setelah mereka mengikuti
program pengembangan. Jika tidak berkurang berarti metode pengembangan ini kurang baik, jadi perlu disempurnakan.

6.Tingkat pemborosan bahan baku, tenaga dan waktu
Tingkat pemborosan bahan baku, tenaga dan waktu berkurang atau efisiensi semakin baik maka metode pengembangan itu baik. Sebaliknya, jika tetap berarti metode pengembangan itu kurang baik.

7.Tingkat kerja sama
Tingkat kerja sama karyawan harus semakin serasi, harmonis dan baik
setelah mereka mengikuti pengembangan, jika tidak ada perbaikan kerja sama maka metode pengembangan itu tidak baik.

8.Prakarsa karyawan
Prakarsa karyawan itu harus meningkat setelah mengikuti pengembangan,
jika tidak meningkat atau tetap berarti metode pengembangan itu kurang
baik. Dalam halini karyawan diharapkan dapat bekerja mandiri serta bisa
mengembangkan kreativitasnya

9.Tingkat upah insentif karyawan
Jika tingkat upah insentif karyawan meningkat setelah mengikuti pengembangan maka metode pengembangan itu baik, sebaliknya jika tetap berarti metode pengembangan itu kurang baik.

10.Kepemimpinan dan keputusan manajer
Kepemimpinan dan keputusan-keputusan yang ditetapkan oleh manajer
setelah dia mengikuti pengembangan harus semakin baik, kerja sama
semakin serasi, sasaran yang dicapai semakin besar, ketegangan-ketegangan berkurang, prestasi kerja karyawan meningkat. Kalau hal-hal di atas tercapai berarti metode pengembangan yang dilaksanakan itu baik. Sebaliknya, jika hal-hal di atas tidak tercapai berarti metode pelatihan kurang baik.

Prinsip-prinsip Pelatihan Prinsip
-prinsip program (trainning) ini di bagi menjadi 5 (lima) bagian antara lain :

1.Participation
Pada pelaksanaan nya pelatihan (trainning) para pesertaharus telibat aktif,
karena dengan berpartisipasi para peserta akan lebihcepat mengetahui apa yang telah diberikan.

2.Repetition
Pada pelaksanaan pelatihan (training) harus selalu diadakan pengulangan pengulangan, sebab melalui pengulangan-pengulangan itu para peserta
akan lebih cepat menerima tentang apa yang telah di berikan.

3.Relevan
Materi pilihan yang diberikan harus saling berhubungan, sebagai contoh
dimana peserta diberikan penjelasan secara umum mengenai suatu
pekerjaan sebelum mereka mempelajari hal yang khusus dari pekerjaan
itu.

4.Transference
Program pelatihan (trainning)harus sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan yang nantinya akan dihadapi dalam pekerjaan sebenarnya.

5.Feed Back
Setiap program yang dijalankan senantiasa memerlukan feed back, yang
berguna untuk mengukur sejauh mana keberhasilan program tersebut, dengan adanya feed backmereka dapat meningkatkan semangat dan motivasi kerja

Teknik-Teknik Pelatihan
Menurut Handoko (2006 : 110)mengatakan bahwa ada dua kategori
pokok program latihan dan pengembangan manajemen yaitu:

1. Metode praktis (on the job trainin) Teknik-teknik “on the job training” merupakan metode pelatihan yang paling banyak digunakan. Karyawan dilatih tentang pekerjaan baru dengan supervisi langsung seorang pelatih yang berpengalaman (biasanya karyawan lain).

Berbagai macam teknik ini biasanya digunakan dalam praktek adalah sebagai
berikut:
a.Rotasi Jabatan
Memberikan pada karyawan pengetahuan tentang bagian-bagian organisasi yang berbeda dan praktek berbagai macam keterampilan manajerial.

b. Pelatihan Instruksi Pekerjaan
Petunjuk-petunjuk pekerjaan diberikan secara langsung pada pekerjaan dan digunakan terutama untuk melatih para karyawan tentang cara pelaksanaan pekerjaan mereka sekarang.

c. Magang (Apprenticeships)
Merupakan proses belajar dari seorang atau beberapa orang yang lebih
berpengalaman. Pendekatan ini dapat dikombinasikan dengan latihan “
offthe job training”

d. Coaching
Penyelia atau atasan memberikan bimbingan dan pengarahan kepada karyawan dalam pelaksanaan kerja rutin mereka. Teknik ini dapat mengubah sikap peserta dan mengembangkan keterampilan-keterampilan antar pribadi (Inter-personal skill).

e. Business Games Bussiness (management)
Games adalah simulasi pengambilan keputusan skala kecil yang dibuat sesuai dengan situasi kehidupan bisnis nyata. Tujuannya adalah untuk melatih para karyawan atau manajer dalam pengambilan keputusan dan cara mengelola operasi-operasi perusahaan.

f. Vestibule Training
Bentuk latihan ini dilaksanakan oleh pelatih-pelatih khusus dengan mempergunakan area-area terpisah yangdibangun dengan berbagai jenis
peralatan sama seperti yang akan digunakan pada pekerjaan sebenarnya.


g. Teknik Laboraturium (Laboratory Training)
Teknik ini adalah suatu bentuk latihan kelompok yang terutama digunakan
untuk mengembangkan keterampilan-keterampilan antar pribadi. Latihan
ini juga berguna untuk mengembangkan berbagai perilaku bagi tanggung
jawab pekerjaan di waktu yang akan datang.

Penghargaan

 Pengertian Penghargaan.
Penghargaan adalah kegiatan dimana organisasi menilai kontribusi karyawan dalam rangka untuk mendistribusikan penghargaan moneter dan non moneter cukup langsung dan tidak langsung dalam kemampuan organisasi untuk membayar berdasarkan peraturan hukum (Schuler, 1987). Penghargaanadalah semua pendapatan yang berbentuk uang, barang langsung atau tidak langsung yang diterima karyawan sebagai imbalan atau jasa yang
diberikan kepada perusahan (Hasibuan, 2007).

Program penghargaan penting bagiorganisasi karena mencerminkan upaya
organisasi untuk mempertahankan sumber daya manusia sebagai komponenutama dan merupakan komponen biaya yang paling penting. Disamping pertimbangan tersebut, penghargaan juga merupakan salah satu aspek yang berarti bagi pegawai, karena bagi individu atau pegawai besarnya penghargaan mencerminkan ukuran nilai karya mereka diantara para pegawai itu sendiri, keluarga, dan masyarakat (Sulistiyani dan Rosidah, 2003).

Pembagian Penghargaan
Shculer(1987) menyatakan bahwa penghargaan dibedakan menjadi penghargaan intrinsik (intrinsic rewards) dan penghargaan ekstrinsik (extrinsic rewards). Penghargaan ekstrinsik dibedakan menjadi penghargaanekstrinsik langsung (gaji, upah, imbalan berdasarkankinerja) penghargaan ekstrinsik tidak langsung (program proteks bayaran diluar jam kerja, fasilitas-fasilitas untuk karyawan).

Penghargaan intrinsik adalah penghargaan-penghargaan yang diterima seseorang sebagai imbalanatas jerih payahnya yang tidak dalam bentuk uang. Biasanya penghargaan tersebut dapat berupa rasa aman dalam pekerjaan,
simbulstatus, penghargaan masyarakat dan harga diri (Shculer dan Huber,1993).Penghargaan ekstrinsik langsung disebut juga penghargaan berupa uang merupakanimbalan yang diterima seseorang atas jerih payahnya dalam bentuk uang berupa gaji. Imbalan berdasarkan kinerja dapat berupa pembayaran lainnyayang berdasarkan hasil produktivitas yang terdiri dari insentif, bonus danmerit (Shculer dan Huber, 1993).

Penghargaan ekstrinsik tidak langsung (program proteksi, bayaran
diluar jam kerja, fasilitas-fasilitas untuk karyawan) didefinisikan di sini sebagai penghargaan yang diberikan oleh organisasi untuk karyawan yang tersebar untukkeanggotaanmereka(Schuler,1987).

Program proteksi sistem jaminan sosial, tunjangan keamanan social pensiun,tunjangan pengangguran kompensasi, kecacatan dan manfaat kompensasi pekerja, medis dan manfaat rumah sakit,manfaatpensiun,manfaat asuransi. Bayaran diluar jam kerja berupa program kebugaran fisik dan waktu tidak bekerja.

Faktor-faktor yang mempengaruhi penghargaan

Konsep pemberian penghargaan yang layak serta adil bagi karyawan perusahaan, akan dapat menciptakan suasana kerja yang menyenangkan serta dapat menimbulkan motivasi kerja yang tinggi bagi karyawan. Pertimbangan pemberian penghargaan kepada karyawan sangat dipengaruhi oleh factor faktor pada organisasi. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya penghargaan, antara lain sebagai berikut (Hasibuan, 2007):

a.Penawaran dan permintaan tenaga kerja
Jika pencari kerja (penawaran) lebih banyak dari pada lowongan pekerjaan
(permintaan) maka penghargaan relatif sedikit. Sebaliknya jika pencari kerja lebih sedikit daripada lowongan pekerjaan, maka penghargaan relatif semakin banyak.

b.Kemampuan dan kesediaan organisasi
Apabilakemampuan dan kesediaan organisasi untuk membayar semakin baik, maka tingkat penghargaan akan semakin meningkat. Tetapi sebaliknya, jika kemampuan dan kesedian organisasi untuk membayar kurang maka tingkat penghargaan relatif kecil.

c.Organisasi karyawan
Apabila organisasi karyawan kuat dan berpengaruh maka tingkat penghargaan semakin besar. Sebaliknya jika organisasi karyawan tidak kuat dan kurang berpengaruh maka tingkat penghargaan relatif kecil.

d. Produktivitas kerja karyawan
Jika produktivitas kerja karyawaan baik dan banyak maka penghargaan akan semakin besar. Sebaliknya kalau produktivitas kerjanya buruk serta sedikit maka penghargaannya kecil.

e. Pemerintah dengan Undang-Undang dan Keppres Pemerintah dengan undang-undang dan keppres menetapkan besarnya penghargaan minimum. Peraturan pemerintah ini sangat penting supaya organisasi tidak sewenang-
wenang menetapkan besarnya penghargaan bagi karyawan. Pemerintah berkewajiban melindungi masyarakat dari tindakan sewenang-wenang.

f.Biaya hidup
Apabila biaya hidup didaerah itu tinggi maka tingkat penghargaan semakin besar. Sebaliknya, jika tingkat biaya hidup di daerah itu rendah maka tingkat penghargaan relatif kecil.

g.Posisi jabatan karyawan
Karyawan yang menduduki jabatan lebih tinggi akan menerima gaji/penghargaan lebih besar. Sebaliknya karyawan yang menduduki jabatan lebih rendah akan memperoleh gaji/penghargaan yang kecil.

h. Pendidikan dan pengalaman kerja
Jika pendidikan lebih tinggi dan pengalaman kerja lebih lama maka penghargaan akan semakin besar, karena kecakapan serta keterampilannya lebih baik.

i. Kondisi perekonomian nasional
Apabila kondisi perekonomian nasional sedang maju maka tingkat penghargaan akan semakin meningkat, karena akan mendekati kondisi  full employment

j. Jenis dan sifat pekerjaan
Kalau jenis dan sifat pekerjaan yang sulit dan mempunyai risiko yang besar maka tingkat penghargaan akan meningkat karena membutuhkan kecakapan serta ketelitian untuk mengerjakannya.









Tujuan Penghargaan

Tujuan pemberian penghargaan antara lain adalah sebagai ikatan kerja sama,
kepuasan kerja, pengadaan efektif, motivasi, stabilitas karyawan, disiplin,serta pengaruh serikat buruh dan pemerintah (Hasibuan, 2007):

a.Ikatan Kerja Sama
Dengan pemberian penghargaan terjalinlah ikatan kerja sama formal antara manajer dan karyawan. Karyawan harus mengerjakan tugas-tugas dengan baik, sedangkan manajer wajib membayar penghargaan sesuai dengan perjanjian yang disepakati

b.Kepuasan Kerja
Dengan penghargaan, karyawan akan dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan fisik, status sosial, dan egoistiknya sehingga memperoleh kepuasan kerja dari jabatannya.

c.Pengadaan Efektif
Jika program penghargaan ditetapkan cukup besar, pengadaan karyawan yang
qualifieduntuk perusahaan akan lebih mudah.

d.Motivasi
Jika penghargaan yang diberikan cukup besar, manajer akan mudah memotivasi bawahannya.

e.Stabilitas Karyawan
Dengan program atas prinsip adil dan layak serta eksternal konsistensi yang kompenta
tif maka stabilitas karyawan lebih terjamin karena turnover relatif kecil.

f.Disiplin
Dengan pemberian penghargaan yang cukup besar maka disiplin karyawan semakin
baik. Mereka akan menyadari serta menaati peraturan-peraturan yang berlaku.

g.Pengaruh Serikat Buruh
Dengan program penghargaan yang baik pengarh serikat buruh dapat diindarkan dan
karyawan akan berkonsentrasi pada pekerjaannya.

h.Pengaruh Pemerintah
Jika program penghargaan sesuai dengan undang-undang perburuhan yang berlaku maka intervensi pemerintah dapat dihindarkan.

Selasa, 06 Januari 2015

Impact of Culture on Business Ethics

Impact of culture on Business Ethics
 TUGAS KELOMPOK
Achmad lutfi
Denny nurmansyah
Nugeraha Azhima
M. rahma munigar
Taufiq Fitriandi


ABSTRAK
Bisnis di dunia global yang saling berhubungan satu sama lain dan praktek di organisasi untuk kepatuhan tujuan bisnis. Organisasi tidak dapat bertahan hidup dalam isolasi. Kelangsungan hidup organisasi tergantung pada integrasi kode bisnis dengan etika sosial dan menggabungkan format yang menjadi praktek etika disatukan berlaku jenuh di pasar. Etika bisnis yang semakin penting dari hari ke hari yang menghasilkan ke lebih kejenuhan praktek bisnis. Area fokus dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh budaya etika. Hasil terbukti mengingat penelitian sebelumnya bahwa budaya secara signifikan berpengaruh pada etika bisnis. Oleh karena itu kebutuhan yang sangat penting untuk memberikan kesadaran kepada karyawan agar perusahaan dapat mengikuti kode etik untuk melakukan bisnis dengan cara yang etis yang baik.

Kata kunci: Budaya, Pengetahuan, perilaku, nilai-nilai dan etika bisnis







BAB I
PENDAHULUAN

Budaya dan dimensi budaya dianggap cakrawala kolektif mewakili realitas sosial tertentu (objektivitas subjektivitas). Etika umum yang disepakati praktek prinsip moral yang berbeda atau nilai-nilai. Hal ini berkonsentrasi pada sifat umum moral dan pilihan moral tertentu individu membuat hubungan dengan orang lain. Ini merupakan aturan dan / atau standar yang mengatur melakukan satu anggota profesi. Konteks penyelidikan ini akan etika diterapkan untuk bisnis.
Budaya organisasi terdiri dari berbagai elemen mulai dari komponen kognitif laten seperti asumsi, nilai dan keyakinan terhadap unsur-unsur yang lebih nyata seperti artefak dan simbol (Schein, 1985; Kotter dan Heskett, 1992; lihat Liu, 1999). Nilai, praktek dan perilaku, bagaimanapun, tetap komponen fundamental, meskipun laten, budaya organisasi dan etika memberikan esensi inti dalam pembentukan komponen ini. Rosenthal dan Rosnow (1991) catatan. Rokeach (1972) menganggap nilai-nilai sebagai penanda abadi keyakinan dengan cara tertentu berperilaku atau preferensi bagi negara-negara di masa depan.
Bisnis terlibat dalam praktek etika akan memiliki satu alasan dari jumlah total dua alasan; salah satu sifat dan yang kedua adalah Machiavellian, motivasi untuk pewarnaan buku tentang bisnis yang etis.Usaha yang dijalankan oleh orang-orang di bawah pendekatan (pendekatan alam) mengakui pribadi mereka yang ada di masyarakat dan mengakui bahwa bentuk-bentuk mereka harus beroperasi dalam perilaku etis. Menurut pendekatan Machiavellian bisnis menggunakan etika memiliki rute dalam keinginan untuk meyakinkan pemegang saham perusahaan adalah melakukan hal yang benar, pendekatan ini mengadopsi oleh perusahaan adalah baik untuk menghindari konsekuensi hukum dari tindakan atau untuk meyakinkan stakeholder bahwa perusahaan melakukan dalam kepentingan terbaik mereka di keras dan berusaha untuk servetheirintere
Untuk mengidentifikasi hubungan antara mereka lebih baik untuk melihat definisi yang diberikan oleh scholorals yang berbeda. Etika didefinisikan sebagai, "konsepsi apakah perilaku yang benar dan adil adalah perilaku (Carrol, 1991)". Nilai didefinisikan sebagai, "inti set keyakinan dan kepala sekolah dianggap mampu keinginan (oleh kelompok-kelompok) individu (Andrews, 1987; Mason 1992)". Definisi lain yang diberikan oleh Hunt, 1986 & Vitell, 1992; "Nilai-nilai budaya atau norma-norma sebagai salah satu konstruksi mempengaruhi persepsi seseorang dalam situasi etis".

Tujuan studi
Tujuan dari makalah ini adalah untuk mengintegrasikan proposisi konseptual teori dalam etika bisnis dengan tipologi dimensi budaya yang dikembangkan setelah ekstensif.
Penelitian yang melibatkan beberapa kabupaten yang berbeda dan budaya, hanya bagian, model yang dipilih dari etika bisnis telah diuji dan didukung.
1. Untuk mengembangkan model etika organisasi
2. Untuk menguji jenis iklim etika dan budaya yang dominan dan berbeda nyata antara organisasi bisnis
3. Untuk menentukan efek dari keberadaan kode etik.
Pernyataan masalah
Organisasi bisnis global sangat dipengaruhi oleh budaya global di mana etika bisnis diberikan kepentingan tinggi dan budaya jenuh dengan hasil etika dalam integrasi yang lebih baik dengan nilai-nilai, perilaku dan pengetahuan. Muncul kebutuhan untuk menguji variabel dalam konteks dimensi budaya dan efeknya pada etika

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Etika bisnis juga dapat dipahami secara umum dalam hal tanggung jawab sosial perusahaan (CSR) (Singer, 1993). CSR dapat catagorally didefinisikan sebagai tingkat hukum ekonomi, moralitas atau etika disesuaikan dengan nilai-nilai harapan masyarakat (Andrews,1987; Carrroll 1979, Sathi 1975).
Perilaku terhadap etika bisnis membentuk komponen inti dari studi empiris etika bisnis. Mereka juga menyalakan pentingnya bahwa beberapa kelompok tertentu individu melekat masing-masing filsafat menggarisbawahi konsep etika bisnis.
Peter Drucker eksplisit membahas "tanggung jawab sosial bisnis (Praktek manajemen, buku 1954, p ix.) Drucker juga berfokus pada CSR di mana ia dianggap tanggung jawab masyarakat sebagai salah satu dari delapan bidang utama akan digunakan untuk menetapkan bisnis tujuan.
Saat ini bisnis efek lembaga yang paling kuat di dunia, biaya tanggung jawab sosial telah diperluas untuk mencakup daerah-daerah secara resmi dianggap sebagai domain dari pemerintah: kualitas pendidikan dan dukungan dari tindakan, dana dan fasilitas untuk penelitian dasar, perencanaan kota dan pengembangan, akan gantungan dan kemiskinan, pengangguran inti keras. Bisnis yang lebih kuat menjadi di dunia, lebih bertanggung jawab atas kesejahteraan dunia itu akan diharapkan untuk menanggung "(Solomon, 1997; p.204-206).
Dalam konteks perusahaan, ada dua cara penting dalam memahami pengetahuan. Pengetahuan menyajikan dalam kelompok, pada individu dan tingkat organisasi fundamental berfokus pada membaik, penciptaan dan penggunaan dalam kelompok dan tingkat perusahaan. Pengetahuan dapat berupa fisik atau lebih kognitif. Pengetahuan fisik dapat dikodifikasikan dan tetap dalam aturan proses rutin dan peraturan, alat sedangkan pengetahuan kognitif tidak dapat dianggap dijelaskan; yaitu memperkirakan potensi memiliki oleh individu (David W. De Panjang & Liam Fahey, 2000).



BAB III
METODOLOGI
Untuk mendapatkan informasi puas dari peneliti, skala pengujian mapan dan merupakan salah satu bagian yang sulit melakukan penelitian. Unsur independen dalam penelitian ini adalah budaya. Hal ini berlaku untuk semua terlepas budaya kandungan nilai-nilai dalam sistem iman individu.
Kami mengambil populasi 300 dari sektor jasa di Islamabad memiliki usia 20 sampai lebih dari 40. Kami mengambil sampel dari 45 pribadi dari segmen yang berbeda dari sektor jasa. Kami memiliki tiga unsur variabel independen yang budaya. Kami menggunakan metode kuesioner untuk mengukur mempengaruhi signifikan pengetahuan, perilaku dan nilai-nilai etika bisnis. Kami mengambil setidaknya 2 sampai 5 pertanyaan dalam kuesioner kami.

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Analisis faktor diterapkan untuk memeriksa unsur-unsur yang sangat signifikan berpengaruh pada etika bisnis. Komponen dari 1 sampai 6 memiliki nilai Eigen tinggi yang menunjukkan unsur yang memiliki sangat signifikan terhadap etika bisnis (Tabel 1).
Tabel 1 Komponen Transformasi Matrix
Komponen
1
2
3
4
5
6
1
.627
.500
.339
.393
.289
-.066
2
-.389
-.009
.542
-.067
.451
.589
3
-.567
.525
-.307
.551
-.061
.026
4
.060
.364
-.525
-.516
.566
.035
5
.135
-.574
-.380
.521
.469
.130
6
.335
.109
-.278
.002
-.411
.793
         Metode Ekstraksi: Principal Component Analysis.
         Metode Rotasi: varimax dengan Kaiser Normalisasi.

Dari matriks korelasi jelas bahwa Q3, Q4 yang untuk etika bisnis yang diselenggarakan oleh hukum atau itu adalah pemikiran pribadi individu yang sangat mempengaruhi pada etika bisnis. Q8 juga memiliki sangat signifikan pada etika bisnis yang berkaitan dengan budaya organisasi Q12 & P13 menunjukkan bahwa pengetahuan id elemen kuat yang juga efek positif yang kuat pada etika bisnis. Demikian pula Q21 & Q22 yang berkaitan untuk perubahan budaya organisasi melalui kemampuan kepemimpinan berpengaruh positif terhadap etika bisnis. Q7, Q14 & P15 memiliki efek negatif memiliki budaya tidak begitu baik yang berlaku organisasi dalam hasil yang jenis budaya memiliki efek negatif pada etika bisnis yang tersisa 11 pertanyaan yang terkait untuk pengetahuan, nilai-nilai dan perilaku memiliki cukup positif atau efek negatif pada etika bisnis.

Manajerial Implementasi

Hal ini jelas dari analisis statistik kami bahwa budaya organisasi memiliki pengetahuan, perilaku & nilai-nilai berpengaruh pada etika bisnis tetapi pengetahuan dan nilai-nilai memiliki efek positif pada etika bisnis sehingga organisasi harus menekankan pada peningkatan tingkat pengetahuan karyawan mereka melalui pembelajaran sesi dan nilai-nilai etika yang berlaku baik dalam organisasi sehingga karyawan harus percaya diri dan setia kepada organisasi.

Diskusi

Mengingat analisis data terbukti bahwa pengaruh yang signifikan terhadap pengetahuan tentang etika bisnis terbukti. Hipotesis kedua yang merupakan perilaku yang sangat berpengaruh pada etika bisnis tetapi memiliki efek moderat pada etika bisnis maka hipotesis kedua tidak terbukti.

H: Interpersonal pengetahuan adalah elemen positif budaya terhadap etika bisnis.
H1: antarpribadi pengetahuan adalah menentukan signifikan dari budaya terhadap etika bisnis.

Banyak Literatur mendukung klaim bahwa perempuan cenderung lebih etis daripada laki-laki (Beltramini et al, 1984;. Miesing & Preble, 1985; Ruegger & King, 1992). Namun hasil penelitian ini menunjukkan ada perbedaan yang signifikan antara pria dan wanita. Di sisi lain, teori peran moralitas menegaskan individu cenderung menunjukkan perilaku yang kurang etis dalam konteks organisasi daripada mereka membuat keputusan pribadi (Applbaum, 1999).


BAB V
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Budaya dan etika saling terkait dan saling terkait sedemikian rupa sehingga membuat sulit untuk mengetahui faktor yang membimbing / memotivasi perilaku yang timbul dari situasi tertentu.

Kode etik mungkin tanda yang paling terlihat dari filsafat etika perusahaan. Agar kode etik menjadi berarti, jelas harus menyatakan prinsip-prinsip dan harapan dasar. Tes ini tampaknya cukup valid dengan biaya rendah dan jangka waktu yang singkat yang terlibat dalam administrasi (Sackett dan Harris, 1984).

Karyawan harus memiliki kesadaran pengalaman dari jenis dilema etika yang mungkin mereka hadapi, dan mereka perlu tahu apa tindakan yang harus dilakukan dalam dilema ini. Memberikan pelatihan etika bagi karyawan merupakan salah satu kunci untuk meningkatkan kesadaran ini. Pelatihan etika biasanya dimulai dengan sesi orientasi dan diskusi terbuka kode perusahaan etik. Karyawan harus didorong untuk berpartisipasi pada tingkat tinggi dalam sesi ini serta dalam pelatihan lain yang mengikuti.





REFERENSI
Andrew, K. R. (1987), The concept of corporate strategy (Richard D Irwin, Inc., New
York, N.Y)
Ansoff, H. I. (1965), Corporate strategy: an analytic approach to business policy for growth and Expansion (MaGraw Hill New York, N.Y)
Blanchard, K. (1998), The news bottom line”
Carroll, A.B. (1978), Linking business ethics to behavior in organization. Advance
Management Journal 43, 4-11
Drucker, P. F (1954), The practice of Management (Harper & Raw publishers, New
York. N.Y)
Freeman, R. E. and D.E Gilbert Jr. (1988), Corporate strategy and the search for ethics” (Prentice Hall, Englewood Cliffs, NJ)
Friedman, Milton (1962), “Capitalism and freedom The university of Chicago Press, Chicago, IL.
Hunt, S. D. and S. Vitell (1986), A General theory on Marketing Ethics
Kotter, J.P. and Heskett, A. (1992), Corporate Culture and Performance”, Free Press, New York, NY.
Liu, A.M.M. (1999), Culture in the Hong Kong real estate profession: a trait approach,
Habitat International, Vol. 23 No. 3, pp. 417-25.
Mason, D. E. (1992), Values of ethical choices: Rate yourself, Non profit world 10(3),
23-25
Nahapiet J. & Goshal S. (1998) Business Ethics
Preble, J.F., & Reichel, A. (1998), Attitude toward business ethics of future managers in the USA and Isreal. Journal of Business Ethics, 9, 941-949
Raiborn, Cecily A. and D. Payne (1990), Corporate codes of conduct; A collective
conscience and continuum”, Journal of business Ethics 9, 897-889) Rokeach, M. (1972), Beliefs, Attitudes and  Values: A Theory of Organization and
Change”, Josey Bass, San Francisco,CA.
Rosenthal, R. and Rosnow, R.L. (1991), Essentials of Behavioral Research: Methods and
Data Anlaysis, 2nd ed., McGraw- Hill, Boston, MA
Schein, E.H. (1985), Organizational Culture and Leadership, Jossey-Bass, San Francisco, CA.
Simon, H. A. (1945), Administrative behavior (Free Press, New York, NY.) Stodder, Gayle Sato (1998), Goodwill hunting”, Entrepreneurs (July), 118-121
Vitell, S.J. and S.D. Hunt (1990), the general theory of marketing ethics: A partial test
of the model, research in the marketing 10, 237-265